Friday, November 30, 2012

Professionality?

What are the criteria of a good teacher?
Why would a teacher loved and respected by her/his student?

Incidentally this day, me and my friends got an unpleasant experience as a lecturer can't uphold the professionalism and prestige value, instead it dropped in front of students. First, because she was late to teach, then she was also arbitrarily change the agreement that was made​​, and her decision is subjective and doesn't think from students' perspective. Is this really how should be the teaching done?

I'm also a teacher, and I know that this is wrong. So why did she doing such a thing like this?

Teaching is fun and exciting for me, thus they might enrich you more and more aside from what you've learned at school or university. And in my perspective, a teacher is someone whom you can ask and depend for, while she/he can also be your friend. Then teaching is not only about the knowledge, it's not only about the exam and marks, but it's also about trust between student and teacher.

I'm not saying that I'm good enough, but I'll always try to be a better teacher day by day. It's not easy, I know, but being trusted by my students is much more valuable. Became a respected teacher  is much more difficult than the dreaded teacher, and that's much more valuable. Therefore, I'm trying my best to build a good relationship with my students by building bridges of trust as solid as possible, so that no one can break it.

Somehow I wish all of the teacher could make it too, but neither I know what's on their mind about teaching.

Long life dear good teacher and lecturer all around the world =)

Thursday, November 29, 2012

BLACKBERRY? They should change the name to BLACKHOLE

Lama banget ya ga blogging.. rasanya kangen juga hahaha :p

Kemarin kembali gw merasa kesal dengan keberadaan gw.. entah gw yang salah, apa mereka..

Gw sering banget denger ungkapan, "Blackberry itu mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat". Buat gw ini bener banget, dan mungkin ini salah satu hal kenapa gw ga pake BB, dan ga minat juga beli BB. Banyak gw denger kalo memang begitulah dampak pemakaian BB di era globalisasi ini, apalagi di Indonesia, yang mayoritas pengguna BB. Ga tau ya kenapa BB begitu booming di Indo ini, sampe gw pernah liat ada sopir angkot yg pake BB *WTF*.


So, here's the story...

Kemarin adalah hari Rabu, yang mana adalah jadwal latian paduan suara Nafiri di gereja gw. Dan karna udah mendekati natal, jadinya latian vocal group Praise yang mana dijadwalin Jumat malem, jadilah berpindah ke Rabu juga, karena khusus malam natal tahun ini kita akan bikin mini kantata dengan jumlah orang yang banyak. Ya pokoknya intinya, latian digabung ke hari Rabu, karena pianisnya dari Nafiri. Lalu karna latiannya digabung, jadilah cowo gw, sebut aja Yan, yang juga ikut VG, datang buat latian di hari Rabu malem ini.

Seperti biasa, sebelum latian kita pasti pergi makan dulu, karna kalau makannya abis latian udah kemaleman, dan lagi besoknya dia kerja. Pas lagi makan, sampailah whatsapp dari temen gw di Komisi Pemuda (disingkat KP), dengan inisial HP. Dia ngajakin gw buat melayat ke rumah duka abis Nafiri, karna dia juga ikut latian Nafiri. Karna gw berpikir bahwa latian aja pulangnya malem, jam 10 malem minimal sampe rumah, belom lagi mau pergi melayat, dan gw sendiri udah ngantuk dan cape abis ngajar anak-anak, jadinya gw tolak dengan alesan malem banget.

Oke ceritanya makan malem selesai dan gw beserta Yan pergi ke gereja buat latian. Begitu gw sampe di gereja, baru sedikit orang yang dateng. Entah tradisi ato emang pada males dateng pagi2, tapi emang latian kita yang harusnya jam 20.00 ga pernah mulai tepat waktu. Bahkan tadi pelatih pengganti (karna pelatih asli lagi ke luar negri menantikan kelahiran cucu) baru dateng jam 20.06 -___-

Ga lama setelah sang pelatih pengganti sampai, anaknya yang berinisial TF, yang adalah anggota padus Nafiri dan juga anggota Praise, nyamperin gw dan bilang, "Ci San-san (pelatih VG yang skrg lagi melatih Nafiri buat kantata) gila ya? Masa katanya kita nanti disuru nyanyi juga di rumah duka?!". Dan gw yang ga tau apa-apa cuma bisa ber-HAH ria sambil mikir ini ada apa sebenernya. Terus dia bilang lagi, "Eh, lu tau ga sih?". Dan gw cuma bisa jawab, "Soal apa nih?". Lalu katanya lagi, "Opanya Dave meninggal". Dan gw jawab, "Kalo itu gw tau". Lalu dia nerusin, "Dan malem ini abis latian, Praise mau ke rumah duka bareng-bareng". Rasanya JLEBB banget waktu dia ngomong begitu, dan gw cuma bisa bilang, "Oh, yang itu gw ga tau," terus merasa sebel lagi sama temen2 Praise. Yaa.. Meskipun akhirnya gw diajak juga buat ngelayat ke rumah duka, tapi rasanya males aja, dan sebel tentunya, karna gw selalu jadi orang yang ga tau apa-apa. And again, karna mereka pake BB, dan gw enggak.


Entah emang cuma gw doang yang merasa, apakah semua orang di Indo ini yang ga pake BB juga merasakan hal yang sama. Tapi tetep, menurut gw yang salah bukan BBnya, tapi pemakainya. Buktinya temen gw, HP, bisa nanyain dan terus keep contact dengan gw walaupun dia pengguna BB. Dan bukan cuma dia, tapi hampir semua temen2 di KP pun begitu, dan gw hampir tidak pernah sekalipun ketinggalan berita dari mereka. Lain halnya dengan anggota Praise, yang kalo kata Yan yang sama-sama ga pake BB, kebanyakan masih bocah, karena emang berisi anggota mulai dari umur 12 tahun sampai 26 tahun, dan kebanyakan 22 ke bawah.

Terlepas dari bocah enggaknya, gw sendiri pun pernah memakai BB sekitar umur 21an. Dan kalau boleh sombong, dan entah ini bisa dibilang sombong atau engga, gw juga ga addicted sama BB. Karna menurut gw BB itu cuma menang BBM dan ga ada yang lebih spesial daripada BBM, dan kalau suatu hari nanti gw dituntut harus membeli BB karna alasan kerjaan, yg gw cari adalah BB termurah karena itung-itung gw cuma beli BBMnya. Buat gw, BB itu fiturnya kurang memadai dan kurang lengkap buat dunia gw, dan karena gw gamers jadi merasa BB itu cuma batangan penyampai pesan *LOL*

Hampir semua orang yang "berduit" di Indonesia, khususnya di Jakarta, pasti punya BB. Mulai dari anak-anak sampai kakek nenek. FYI, murid gw yang umur 5 tahun udah dipegangin BB sama ortunya, padahal dia nulis aja belom lancar, tapi bisa lancar BBMan sama ortunya -_-  Bener-bener dunia ini udah ga beres, atau lebih tepatnya, manusia ga bisa memanfaatkan teknologi dengan baik dan benar, sampai aktifitas di dunia terlihat jadi ga seperti semestinya. Teknologi yang dimaksudkan untuk mempermudah, malah jadi sarana chatting dan kadang juga berbagi sesuatu yang ga penting. Buat gw, mempermudah itu baik, tapi segala sesuatu yang mudah itu ga lepas dari segala sesuatu yang sulit. Kenapa kita bisa bilang mudah? Karena kita udah pernah merasakan sulit, dan kita ga boleh melupakannya. Termasuk tidak boleh melupakan orang-orang lain yang berada di "luar" lingkaran BB yang tetep pengen keep in touch sama kita.

Ga usah ngomongin BB doang deh, gadget sekarang juga udah menjamur dimana-mana. Murid gw yang masih umur 3 taun aja "dibekelin" ipod touch paling baru sama mamanya. Belom lagi gw sering liat anak SD jalan-jalan di mal sambil pegang tab. Dunia macam apa ini X_X  Gadget sekarang jadi bintang utama dalam interaksi kita sehari-hari, bahkan saat kita bersosialisasi dengan teman atau ortu pun kita selalu melibatkan gadget. Gw sering ngomelin Yan di meja makan, karna dia selalu bawa-bawa iphonenya dan maen waktu makan bareng keluarga. Orang mulai ga menghargai waktu yang berkualitas. Orang mulai meninggalkan kebiasaan mangan ora mangan yang penting ngumpul. Oh, mungkin slogannya uda ganti jadi mangan ora mangan yang penting megang gadget. Sepertinya seminar-seminar tentang ini akan membantu orang kembali ke masa lampau, saat pertemuan dengan sesamanya jadi lebih berarti dibandingkan gadget. Namun sayangnya manusia zaman sekarang bahkan udah ga tertarik lagi sama yang namanya seminar. Bahkan mungkin seminar dikira sejenis nama parfum kali. Kadang kasihan sama mereka yang mengadakan seminar, tapi yang datang hanya sedikit karena merasa semua bisa dicari di internet, dan GOOGLE itu adalah dewa maha tahu yang bisa menjawab apapun.

Jadi terus-terusan bertanya, kapan manusia bisa menghargai sesamanya seperti menghargai dirinya sendiri?

Atau bahkan manusia sekarang sudah tidak bisa menghargai dirinya sendiri?